√ Wangsit Kurnia Astuti, Guru Sd Pegiat Gerobak Baca Bersama 3 Anaknya

membaca buku. Buku-buku komik, novel, majalah dan lain-lain dibawa dengan gerobak dorong yang biasa dipakai untuk membawa galon air.

Ia tidak sendiri, tapi ditemani oleh tiga anaknya yang masih kecil-kecil. Bilqis yang masih kelas empat SD, Yasmin yang masih duduk di TK, dan adiknya Asifa yang masih usia tiga tahun.

"Bersama anak-anak, aku dorong gerobak memperlihatkan pada siapa saja untuk membaca secara gratis, terutama anak-anak. Saya merasa terpanggil sehabis melihat besarnya kecenderungan bawah umur di sini buang-buang waktu bermain gadget. Kadang-kadang bahkan anak aku ikut-ikutan tergoda. Saya ingin bawah umur di kompleks ini lebih bisa memanfaatkan waktunya dengan rajin membaca buku," ujarnya.

Jadwal keliling kompleks memperlihatkan buku yaitu tiap hari Jumat pukul 16.30-17.30 WIB. Mereka tidak hanya keliling kompleks perumahan mereka sendiri, tapi juga kompleks tetangga. Orang bau tanah dan bawah umur pun menyambut gembira kegiatan Kurnia.

"Bahkan biasa orang bau tanah memerintahkan anak-anaknya gabung membaca, daripada bermain gadget saja," ujarnya.

Pada Mei ini, alasannya puasa, ia tidak keliling, tapi menyilahkan pembaca untuk tiba pribadi ke perpustakaan mini di rumahnya.

"Buku aku belum begitu banyak. Tapi aku nanti akan pasang banner rumah baca di rumah saya. Saya mempersilahkan siapa saja menyumbang buku dan akan aku manfaatkan sebaik-baiknya untuk gerakan literasi," ujar salah satu fasilitator Daerah Program PINTAR Tanoto Foundation ini.

Gerobak Saat Pemilu


Namun yang patut diacungi jempol yaitu keberanian dan semangatnya berserta keluarganya pada waktu pemilu kemarin tanggal 17 April 2019. Dibantu suaminya, Syamsul Efendi, ia membawa gerobak baca keliling tersebut ke tempat pemungutan bunyi (TPS) dan membuka lapak baca di situ.

"Saya amat prihatin dengan tingkat literasi di Indonesia. Makara aku mencoba menggugah semua orang untuk tergerak mau membaca," ia menceritakan motifnya.

Awalnya hampir tak ada orang yang menggubris lapaknya di TPS tersebut. Kebanyakan orang-orang asyik bermain gawai sambil menunggu waktu mencoblos. "Saya hingga tawarkan ke tempat duduk mereka. Saya katakan tidak dipungut biaya, tapi tetap tak ada yang menggubris," kenangnya.

Orang-orang gres perhatikan lapak membaca tersebut, dikala tiba-tiba pejabat provinsi dan kabupaten tiba berkunjung ke TPS tersebut, di antaranya Kasi Perpustakaan Kabupaten Idmansyah dan Pejabat Dinas Kebudayaan Daerah.

Ternyata para pejabat tersebut tidak pribadi menuju ke TPS, tapi ke lapak baca yang didirikan Kurnia. Melihat hal tersebut, orang-orang gres ikut-ikut mengapresiasi kegiatan Kurnia.

Menurutnya, alasannya kegiatan buka lapak baca di TPS tersebut, karenanya ia cukup dikenal dan diminta untuk menjadi narasumber literasi di beberapa tempat.

"Melihat aku gigih membuka lapak pakai buku-buku pribadi di tempat umum, Kasi Perpustakan mengundang aku jadi narasumber kegiatan literasi di perpustakaan kawasan dan juga mengisi kegiatan di Taman PINTAR. Saya juga akan menerima hadiah pemanis buku dari Rumah Budaya Kutai," ujarnya.

Keluarga Literasi


Menurut Kurnia, awalnya ia bukanlah pembaca buku yang rutin. Ia gres tergerak rutin membaca, sehabis ia membaca banyak artikel perihal pentingnya gerakan literasi dan ikut training budaya baca Tanoto Foundation.

"Walaupun aku suka menulis diari. Bahkan diari aku hingga 30 buku. Saya awalnya bukan pembaca yang baik," ujarnya.

Kini ia selalu meluangkan diri setiap hari untuk membaca buku. Bahkan, bersama suaminya, ia setuju untuk menciptakan kegiatan khusus membaca bagi keluarga tersebut. Setiap pagi, anaknya yang SD sehabis Salat Subuh diwajibkan membaca selama 10 menit. Sedangkan tiap malam, ia dan suaminya bergantian membacakan buku dongeng pada anak-anaknya.

"Karena kegiatan ini, anak aku yang usia tiga tahun kini sangat menyukai buku. Untuk tiga buku favoritnya, walaupun Ia belum bisa membaca, ia sudah hapal isi buku kecil tersebut tiap halaman," ungkapnya bangga.

Sedangkan yang paling besar, Bilqis, sudah cerdik menceritakan kembali isi buku.

"Selain aku minta menceritakan isi buku bacaan lewat lisan, aku juga gunakan kertas bekas untuk membimbingnya menceritakan buku yang ia telah baca lewat tulisan. Hasil karyanya kemudian ditempel di kotak membaca ibarat kotak kado dan jadi hiasan di rumah kami," ujarnya.

Kurnia dikala ini sedang menyusun sebuah buku dan sudah dihubungi oleh penerbit. "Semoga aku benar-benar bisa menerbitkan buku," beliau menandaskan.

Belum ada Komentar untuk "√ Wangsit Kurnia Astuti, Guru Sd Pegiat Gerobak Baca Bersama 3 Anaknya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel